Seminar Nasional Gerakan Oikumene
Menelaah G.O. di Indonesia: Antara Harapan & Kenyataan
Gerakan Oikumene
Gerakan Oikumene di Indonesia yang melembaga melalui Dewan Gereja-Gereja di Indonesia/DGI tahun 1950 yang kemudian menjadi Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia/PGI, lahir dalam konteks sejarah Indonesia yang situasi dan kondisi sosial politiknya baru saja porak-poranda akibat Perang Dunia ke-2. Dalam situasi dan kondisi kemasyarakatannya yang turut memengaruhi realitas persekutuan keumatan tersebut, maka umat Kristiani dan Gereja-gereja merasakan kebutuhan untuk menyatu melalui satu wadah, sehingga peran profetis Gereja untuk merawat kesatuan dan persatuan berbangsa berbasis kebersamaan dalam persekutuan umat, serta panggilan untuk “menjadi satu” sebagai tubuh Kristus, tidak hanya diwujudkan melalui misi Kristus secara verbal tetapi juga secara operasional dan dinamis. Perbedaan cara dan gaya mengekpresikan iman Kristiani yang terakomodir dalam denomisasi gereja ketika itu, tidak pernah dibincangkan dan tidak menjadi kendala untuk menyatu.
Berdirinya Gerakan Oikumene disamping turut dipengaruhi oleh pembentukan Dewan Gereja-gereja se-Dunia (DGD) tetapi lebih pada realitas konteks masa itu yang baru mau mulai menata kehidupannya sebagai bangsa yang berdaulat. Isu persatuan dan kesatuan, baik dalam konteks gereja mau pun pada aras nasional amat menonjol, karena Gereja-gereja hidup terserak-serak di berbagai wilayah Nusantara, dalam lingkungan denominasi sendiri, yang hampir tidak pernah mampu menampilkan peran yang memadai di tengah-tengah kecamuk dunia. Realitas kemajemukan di Indonesia menuntut suatu pengaturan yang komprehensif dari semua elemen bangsa.
Dalam kurun waktu 62 tahun berdirinya Gerakan Oikumene, substansi "Pembentukan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia", tidak pernah mengalami perubahan. Namun demikian mempertimbangkan konteks sosial kemasyarakatan Indonesia masa kini dengan krisis multi dimensional yang belum ada tanda-tanda akan berakhir, bahkan membawa dampak yang sangat serius di berbagai bidang kehidupan. Pertanyaan yang mengemuka adalah: “kemanakah arah Gerakan Oikumene masa kini”? Apalagi ketika diperhadapkan dengan kenyataan bahwa Gerakan Oikumene seolah-olah menjadi gerakan segelintir elit gerejawi yang kemudian mengeras di institusi Gereja pada semua aras. Padahal idealnya Gerakan Oikumene seharusnya menjadi gerakan umat Kristiani yang operasional tidak boleh berhenti pada slogan, moto, dan rumusan-rumusan yang mengeras dalam bentuk institusi.
Pikiran-pikiran pokok yang berkembang dalam konsultasi ini kiranya menjadi bahan kajian bagi peserta yang akan menghadiri Sidang Raya DGD di Busan Korea Selatan bulan Oktober 2013 ini dan memeriahkan Celebration of Unity di Jakarta (17-18 Mei 2013), sehingga peran aktif delegasi Indonesia dalam memberikan kontribusi konstruktif bagi pengembangan Gerakan Oikumene semesta berbasis jemaat dapat digaungkan.
Selain itu, Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai lembaga pendidikan Kristen dalam rangka perayaan Dies Natalisnya yang ke-60 di tahun 2013 ini merasa terpanggil untuk secara bersama-sama dengan Gereja-gereja dan lembaga-lembaga keumatan Kristen, menggumuli kembali realitas Gerakan Oikumene di Indonesia. Pergumulan ini bukanlah sesuatu yang baru. Catatan sejarah menunjukkan bahwa berdirinya UKI melekat erat dengan berdirinya Gerakan Oikumene di Indonesia. Selain motivasi dan semangat kebangsaan, motivasi dan semangat oikumenis mendorong berdirinya UKI. Pada tahun 1949, sewaktu pimpinan-pimpinan gereja-gereja di Indonesia mempercakapkan pentingya mendirikan wadah berhimpun secara oikumenis, mereka juga sudah mempercakapkan pentingnya perguruan tinggi yang menyiapkan cerdik cendikia, yang waktu itu disebut Universitet Christen.
Kerinduan mendirikan Universiteit Christen terwujud pada saat Gereja-gereja di Indonesia mendirikan DGI pada bulan Mei 1950. Persidangan memutuskan membentuk Panitia Kerja yang dipimpin oleh Prof. I. P. Simanjuntak, yang kala itu sebagai guru besar di Universitas Indonesia. Pada sesi yang lain, persidangan itu mengeluarkan resolusi/maklumat pembentukan Universiteit Christen yang dikirimkan kepada seluruh umat Kristen di Indonesia melalui gereja-gereja di lingkungan DGI. Oleh DGI, melalui tokoh-tokoh Kristen, terutama yang bergerak di bidang pendidikan dibentuklah Yayasan Universitas Kristen Indonesia (Yayasan UKI) yang dipimpin oleh Prof. Dr. Mr. Todung Sultan Gunung Mulia Harahap, mantan Menteri Pendidikan dan Pengajaran RI, yang juga Ketua DGI, sebagai Pemimpin Agung Yayasan UKI. Pembukaan UKI dilaksanakan pada tanggal 15 Oktober 1953, sebagai universitas Kristen yang pertama di Indonesia, yang dihadiri langsung oleh Mr. Moh. Yamin. Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI.
Bekerja-sama dengan Gereja Protestan Indonesia (GPI) dan dalam dukungan Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) melalui HKBP Distrik DKI Jakarta, UKI menyelenggarakan Seminar Nasional Gerakan Oikumene, sekaligus mengajak kaum intelektual Kristen mempertanyakan esensi Gerakan Oikumene di masa kini dan mulai mempercakapkan serta menggagas jalan yang lebih utama kemasa depan. Hal itu akan dilakukan dalam seminar yang diadakan selama 3 hari penuh.
Melalui kegiatan seminar ini diharapkan muncul berbagai pemikiran baru yang strategis dan konstruktif yang dapat memberikan sumbangan bagi perjalanan gerakan Oikumene di Indonesia. Sebuah gerakan yang dinamis, terus maju, bergerak membelah zaman menuju kepada tatanan Gereja yang mengesa dan dalam keesaannya, turut serta memberikan sumbangan pemikiran dan karya bagi bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 (UUD NRI Tahun 1945), dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika dan dalam semangat Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Tujuan Pelaksanaan Seminar
Ada pun tujuan kegiatan ini dilaksanakan adalah antara lain:
1. mengkaji, merekonstruksi dan merefleksikan makna dan hakikat Gerakan Oikumene di Indonesia yang berbasis umat;
2. menyamakan persepsi mengenai Gerakan Oikumene yang kontekstual dan “membumi”;
3. merevitalisasi Gerakan Oikumene sebagai sebuah “gerakan” bersama umat Kristian yang dinamis;
4. mengefektifkan peran Gerakan Oikumene sebagai gerakan yang peka dan responsif terhadap realitas kebangsaan dan sosial-kemasyarakatan;
5. mengoptimalkan peran warga Gereja muda dalam arak-arakan kepemimpinan Gerakan Oikumene di Indonesia
dilaksanakan di Auditorium GWS FKI UKI
Tuesday, May 14, 2013, 09:00 PM
Jl. Mayjen Sutoyo, No. 2. Cawang, Jakarta Timur
Topik dan Pembicara
Guna mencapai maksud tersebut, dirancanglah materi-materi percakapan sebagai berikut:
1. Menggagas Gerakan Oikumene yang Kontemporer
Narasumber : Pdt. Dr. Richard Daulay, Pdt. Dr. Zakharia Ngelow
Moderator : Drs. Jerry Rudolf Sirait
2. Makna dan Hakikat Gerakan Oikumene Dikaitkan dengan Kebutuhan Konteks di Indonesia
Narasumber : Pdt.Willem Simarmata, M.Th., Pdt. Dr. Shephard Supit, Pdt. Dr. Liesje Sumampuw-Pangkey
Moderator : Pdt. Djoys Karundeng Rantung.M.Pd.K
3. Gerakan Oikumene dan Misi Pendidikan Kristen
Narasumber : Prof. Dr.-Ing. K. Tunggul Sirait, Pdt. Dr. Joas Adiprasetyo
Moderator : Pdt.Janse BelandinaNon-Serrano, M.Th
4. Kaum Muda Bicara tentang Gerakan Oikumene yang Dipahami dan Diharapkan
Narasumber : Drs. Tonny Waworuntu, MM., Supriadi Narno S.Pd., Michael Waitimena, S.E., M.M.
Moderator : Pdt. Stepanus Daniel
5. Gerakan Oikumene dan Kebangsaan
Narasumber : Dr. Teras Narang, S.H., Pdt. Prof. Dr. John Titaley, Maruarar Sirait, S.Sos
Moderator : Dr. Mompang Panggabean
6. Topik : Perempuan dan Gerakan Oikumene
Narasumber : Leoni Radius Prawiro, Pdt. Dr. Lince Pellu, Pdt. Dr. Margaretha Hendrik Ririmasa
Moderator : Pdt. Citra Timur Sari
7. Dskusi Terbuka: Dialog dan Tekad Bersama untuk Menghadirkan
Sebuah Paradigma Baru dalam Gerakan Oikumene
Moderator : SC
Kontribusi Peserta
Rp. 300.000,- (Makan Siang dan Malam, Snack, Materi, Sertifikat, dan Seminar Kit)
Ditransfer ke Rekening
MANDIRI
a.n Dra. Linda Christine S, M. Si
No. Rekening: 124-00-0642052-6
Jl. Dr. Saharjo Gg. Swadaya VII No. 7 RT. 011 RW. 008
Tebet, Manggarai Jakarta 12850
Contact Person
Jerry Sirait – 0813 1065 5070
Stepanus – 0815 9910 538
Metha – 0857 8050 6689